Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi
kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel,
apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan
datanya.
Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya data dapat dilakukan pada setting alamiah (natural
setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan
berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan, dan lain-lain. Bila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber sekunder adalah sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara),
kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Berikut
akan dijelaskan masing-masing dari wawancara, angket, dan observasi.
1.
Interview
(Wawancara)
Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno
Hasi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai
berikut.
1.
Bahwa subyek (responden) adalah orang
yang paling tahu tantang dirinya sendiri.
2.
Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek
kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
3.
Bahwa interpretasi subyek tentang
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa
yang dimaksudkan peneliti.
Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon.
1.1
Wawancara
Terstruktur
Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini
setiap responden diberi pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan
wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai
keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunkan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara jadi lancar. Peneliti bidang pembangunan misalnya, bila akan
melakukan penelitian untuk mengetahui respon masyarakat terhadap berbagai
pembangunan yang telah diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
maka perlu membawa foto atau brosur tentang berbagai jenis pembangunan yang
telah dilakukan. Misalnya pembangunan gedung sekolah, bendungan untuk pengairan
sawah, pembangunan pembangkit tenaga listrik dan lain-lain.
Berikut
ini diberikan contoh wawancara terstruktur, tentang tanggapan masyarakat
terhadap berbagai pelayanan pemerintah kabupaten tertentu yang diberikan kepada
masyarakat. Pewawancara melingkari salah satu jawaban yang diberikan responden.
1.
Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu
terhadap pelayanan pendidikan dikabupaten ini ?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak Bagus
d.
Sangat Tidak Bagus
2.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang kesehatan
dikabupaten ini ?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak Bagus
d.
Sangat Tidak Bagus
3.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang transportasi
dikabupaten ini ?
a.
Sangat Jelek
b.
Jelek
c.
Bagus
d.
Sangat Bagus
4.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan urusan KTP dikabupaten ini
?
a.
Bagus Sekali
b.
Bagus
c.
Jelek
d.
Sangat Jelek
5.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan penerangan jalan
dikabupaten ini ?
a.
Sangat Baik
b.
Baik
c.
Tidak Baik
d.
Sangat Tidak Baik
6.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan saluran air dikabupaten
ini ?
a.
Sangat Jelek
b.
Jelek
c.
Bagus
d.
Sangat Bagus
7.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang keamanan
dikabupaten ini ?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak Bagus
d.
Sangat Tidak Bagus
8.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang sarana prasarana
jalan dikabupaten ini ?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak Bagus
d.
Sangat Tidak Bagus
9.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan rekreasi dikabupaten ini ?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak Bagus
d.
Sangat Tidak Bagus
10. Bagaimana
tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan
air minum dikabupaten ini ?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak Bagus
d.
Sangat Tidak Bagus
1.2
Wawancara
Tidak Terstruktur
Wawancara
tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan datang.
Contoh:
Bagaimanakah pendapat bapak/ibu terhadap
kebijakan pemerintah terhadap perguruan tinggi berbadan hukum ? dan peluang
masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu?
Wawancara tidak
terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau
malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian
pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu
atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukkan
secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk
mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap maka peneliti perlu
melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatanyang ada
dalam obyek. Misalnya akan melakukan penelitian tentang iklim kerja perusahaan,
maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat bawah, supervisor, dan
manajer.
Untuk mendapat
informasi yang lebih mendalam tentang responden, maka peneliti dapat juga
menggunakan wawancara tidak terstruktur. Misalnya seseorang dicurigai sebagai
penjahat, maka peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur secara
mendalam, sampai diperoleh keterangan bahwa orang tersebut penjahat atau bukan.
Dalam wawancara tidak
terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden
tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang
lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara peneliti dapat
menggunakancara “Berputar-puter baru menukik” artinya pada awal wawancara yang
dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan dan bila sudah
terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan maka segera
ditanyakan.
Wawancara baik yang
dilakukan dengan face to face maupun
menggunakan pesawat telepon akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu
pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu
yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara. Pada saat responden
sedang sibuk bekerja, sedang mempunyai masalah berat, sedang mulai istirahat, sedang
tidak sehat, atau sedang marah, maka harus berhati-hati dalam melakukan
wawancara. Kalau dipaksakan wawancara dalam kondisi tersebut maka akan
menghasilkan data yang tidak valid dan tidak akurat.
Bila responden yang
akan diwawancarai telah ditentukkan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan
wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu kapan dan dimana bisa
melakukan wawancara. Dengan cara ini maka suasana wawancara akan lebih baik
sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid.
Informasi atau data
yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang
seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat.
Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai
(responden) dan situasi dan kondisi pada saat wawancara. Pewawancara yang tidak
dalam kondisi netral, misalnya ada maksud tertentu, diberi sponsor akan
memberikan interpretasi data yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh
responden. Responden akan memberi data yang bias, bila responden tidak dapart
menangkap dengan jelas apa yang
ditanyakan peneliti atau pewawancara. Oleh karena itu peneliti jangan memberi
pertanyaan yang bias. Selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang telah
dikemukakan diatas, sangat mempengaruhi proses wawancara, yang pada akhirnnya
juga akan mempengaruhi validitas data.
2.
Kuesioner
(Angket)
Kuesioner
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
Bila
penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner
dapat diantarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman
angket kepada responden tidak perlu melalui pos. Dengan adanya kontak langsung
antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup
baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dengan
cepat.
Uma
Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai
teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan
fisik.
2.1.
Prinsip Penulisan Angket
Prinsip
ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang
digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka-negatif positif, pertanyaan tidak
mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan,
panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
2.1.1
Isi
dan Tujuan Pertanyaan
Yang dimaksud disini
adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan ?
kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap
pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi
untuk mengukur variabel yang diteliti.
2.1.2
Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan
dalam penulisan kuesioner (angket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa
responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka
angket jangan menggunakan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam
angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadilan sosial
budaya, dan “frame of reference” dari
responden.
2.1.3
Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe
pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, (kalau dalam wawancara:
terstruktur dan tidak terstruktur) dan bentuknya dapat menggunakan kalimat
positif negatif. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal
contoh bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan di TV saat ini ?
Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban
singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban
dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang
mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan ratio
adalah bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan
tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan juga
memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang
telah terkumpul. Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat kalimat
positif dan negatif agar responden dalam meberikan jawaban setiap pertanyaan
lebih serius dan tidak mekanistis.
2.1.4
Pertanyaan Tidak Mendua
Setiap pertanyaan dalam
angket jangan mendua (double-barreled)
sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawabannya. Contoh:
Bagaimana pendapat anda tentang kualitas
dan relevansi pendidikan saaat ini ? ini adalah pertanyaan mendua karena
menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan relevansi. Sebaiknya
pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu bagaimana kualitas pendidikan ?
bagaimanakan relevansi pendidikan ?
2.1.5
Tidak Menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam
instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya
responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir
berat. Contoh:
Bagaimanakah kualitas pendidikan
sekarang bila dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu? Menurut anda bagaimanakah
cara mengatasi krisis ekonomi saat ini ? (kecuali penelitian yang mengharapkan
pendapat para ahli). Kalau misalnya umur responden yang diberi angket baru 25
tahun, dan pendidikannya rendah maka akan sulit memberikan jawabannya.
2.1.6
Pertanyaan Tidak Menggiring
Pertanyaan dalam angket
sebaiknya uga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek
saja. Misalnya bagaimanakah prestasi belajar anda selama disekolah dulu ?
jawaban responden tentu cenderung akan menyatakan baik. Bagaimanakah prestasi
kerja anda selama setahun terakhir? Jawabannya cenderung akan baik.
2.1.7
Panjang Pertanyaan
Pertanyaan dalam angket
sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga akan membuat jenuh responden dalam
mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak
maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala
pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah
pertanyaan yang memadai adalah antara 20-30 pertanyaan.
2.1.8
Urutan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam
angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang
mudah menuju ke hal yang sulit atau diacak. Hal ini diperlukan dipertimbangkan
karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau
pada awalnya sudah diberi pertanyaan sulit atau yang spesifik maka responden
akan patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan
pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan responden terhadap
masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
2.1.9
Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan
kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut
harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang
variabel yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel
maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu
diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid
dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data
yang tidak valid dan tidak reliabel pula.
2.1.10
Penampilan Fisik Angket
Penampilan fisik angket
sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden
dalam mengisi angket. Angket yang dibuat dikertas buram, akan mendapat respon
yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan dengan angket yang
dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak
dikertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.
3.
Observasi
Observasi
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan
kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
oranng tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno
Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupaka suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan
prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
Dari
segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi
berperanserta) dan non participant
observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka
observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
3.1
Observasi
Berperanserta (Participant Observation)
Dalam
observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan
ikut merasakan duka-dukanya. Dengan observasi ini maka data yang diperoleh akan
lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
prilaku yang nampak.
Dalam
suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti dapat berperan
sebagai karyawan, ia dapat mengamati bagaimana prilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana
semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan yang
lainnya, hubungan karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam
melaksanakan pekerjaan dan lain-lain.
3.2. Observasi Nonpartisipan
Kalau
dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas
orang-orang yang sedang diamati maka dalam observasi non partisipan peneliti
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam suatu
tempat pemungutan suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana prilaku
masyarakat dalam hal menggunakan hak pilihnya dalam interaksi dengan panitia
dan pemilih yang lain. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat
kesimpulan tentang prilaku masyarakat dalam pemilihan umum. Pengumpulan data
dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam
dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik prilaku
yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Dalam
suatu proses produksi, peneliti dapat mengamati bagaimana mesin-mesin bekerja
dalam mengolah bahan baku, komponen mesin mana yang masih bagus dan mana yang kurang bagus, bagaimana kualitas
barang yang dihasilkan dan bagaimana performance
tenaga kerja atau operator mesinnya.
3.2.1
Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur
adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan
diamati kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan
apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian
yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur
atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
observasi. Misalnya peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai
yang bertugas dalam pelayanan IMB (Izin Mendirikan Bangunan), maka peneliti
dapat menilai setiap prilaku dan ucapan dengan menggunakan instrumen yang
digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.
3.2.2
Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
Dalam suatu pameran
produk industri dari berbagai negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan
diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat
apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.
Dr Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Penerbit:
Alfabeta, Bandung. 2006
artikelnya sangat bermanfaat bro. mantap
BalasHapus